Hai anak Tuhan yang tercipta dari
tanah, begitu pula aku. Telah dihembuskan nyawa dari-Nya untukmu dan untukku
agar dapat menikmati sejenak dunia, maka syukurilah. Telah mengalir darah segar
penuh kehidupan dari-Nya untukmu dan untukku agar kau dan juga aku dapat
merasakan sirkulasi semesta, maka berterimakasihlah.
❤
Untuk tulisan seterusnya ke bawah,
kalau ada kamu pasti ada aku, jadi jangan kira kamu sendirian. Aku ada di
sampingmu, ikut menyimak apa yang kamu simak. Memperhatikan wajahmu sesekali
yang terlihat serius. Menggeletakkan kepalaku ke meja yang berbantalkan
tanganku sendiri. Berharap kau akan memperhatikanku, karna aku sedang mencuri
perhatianmu. Mungkin kau akan bersikap manis lalu membelai lembut rambutku,
karna kau lihat aku cemberut, padahal aku sedang pura-pura. Oh iya, aku sedang
bersikap manja, aku harap kau juga mengerti. *ketcup*
❤❤
Mungkin pernah suatu ketika kau
mengingat kembali apa yang kau lakukan di masa lalu, walaupun itu baru terjadi
satu hari yang lalu, mari sebutlah masa lalu. Karena itu memang masa atau waktu
yang sudah berlalu, maka dia disebut kemarin, bukan sekarang.
Di masa lalu, aku mempercayai
diriku adalah gadis kecil yang sangat cinta pada semua hal yang berbau,
berwarna, dan ber-yang -lainnya yang lucu, manis, merah muda dan pita. Aku
membeli sebuah karakter boneka yang amat akrab dengan gadis kecil seumuranku
(kala itu). Aku rawat kulitnya, iya,
sungguh, walaupun ia hanya boneka. Kira-kira satu bulan pertama aku
merawat kulitnya dengan cara
membersihkan. Aku sikat kulitnya yang mulai berdaki karna sering aku mainkan.
Setelah itu memolesnya dengan sentuhan lotion. Wah, cantik lagi, kataku (saat
itu).
Bulan berikutnya, aku masih
menghabiskan waktu dengan dia, bonekaku. Aku jarang memainkan dia dengan boneka
yang lain, kurang aku ajari sosialisasi kala itu, kasihan ya. Tapi, dia punya
aku, apalagi yang dia butuhkan.(?)
Bulan berikutnya lagi, ada suatu
acara televisi yang membahas tentang kecantikan. Mereka menggunakan ramuan
herbal untuk meluluri kulitnya. Aku mau juga! Aku ambil lulur mama yang notabennya berwarna kuning. Aku luluri
tangan-kaki-perut bahkan wajah. Saat itu, si boneka ada di sampingku, hanya
diam walau aku sibuk begitu. Akhirnya, setelah sedikit kering, aku bersihkan
lulurku dan mulai meluluri yang lainnya. Iya, yang lainnya itu si boneka. Aku
diamkan lulurnya membaluti kulit boneka hingga kering. Aku cuci bersih. Eh
tidak, eh kenapa ini, eh kok gini, iiih kok gitu. Hih! Hasil lulurku terpampang
nyata di kulitnya. Warna kuningnya tak mau hilang, sudah meresap sepertinya.
Bonekaku yang aslinya berkulit wanita Eropa, berubah menjadi wanita Asia.
Hebat? Iya kalau sekarang, dulu? Aku buang bonekanya, walau tak murah.
❤
Sejujurnya, aku masih sangat
ingin bercerita tentang boneka kesayanganku itu. Sayang, setelah aku buang, aku
tak tahu apa yang harus aku ceritakan. Akibat lulur kuning tradisional ! Haaaa!
Lupakan!
Dia menjadi kesayangan karna
harganya tak murah (ini penting saat kamu mempunyai barang, ingat harganya,
maka kau akan menghargainya) dan buatku, dia sempurna (waktu itu). Dia cantik,
terlihat manis, terlihat tahu segalanya, terlihat memiliki segalanya (asal kita
mampu membelinya), dan dia ter-setting sangat sangat sempurna. Dia diciptakan
memang untuk kepuasan mata juga kepuasan batin yang mungkin tak bisa kita
dapatkan di dunia nyata. Pacar yang sempurna, misalnya. Seperti yang kita tahu,
nobody perfect. Just a doll have it, and its happen for-ever.
So, we are not a doll. Our live
knows limit. We can’t live for-ever and ever. And just for you to know, cause
we are never-ever-ever gonna back together (re:sing), eh not that one! I mean,
we will never-ever-ever gonna be the perfect one. There’s will be a person
beside us who make it perfect, like family or … yeah you know. So, have a good
live! And be alive. Be thankful and love yourself-also another. *xoxo*