Senin, 30 Desember 2013

Pada Naungan Gereja

Mas, caramu meninggalkan aku di gereja 
Iya kemarin itu mas
Membuktikan kalau kau benar-benar hanya diam
Padahal kau dengan jelas melihatku tenggelam
Kau hias wajahmu yang rupawan
dengan senyum palsu tak berkawan

Ingat kataku yang lalu?
Kalau aku takut tenggelam..
Ternyata menjadi nyata

Tak apa mas, tak apa...
Aku merasa terhormat kau tinggalkan
di rumah suci Tuhan
Sungguh indah perpisahan
Sungguh berat perjuangan
Tak pernah lelah untuk berkorban
Walau jelas-jelas aku sedang tenggelam

Selamat pagi mas
Tuhan memberkatimu.

Cerita Untukmu-Part I

Duduk, pada bangku kesayangan kita dahulu. Meja marmer warna hitam, halus dan mengkilap masih sama seperti dulu. Ornamen The Beatles dimana-mana, membawa kita pada jamannya.

Hari ini aku ingin membagi cerita denganmu. Oh iya, sebelumnya aku ingin bilang bahwa... aku sangat merindukanmu. Andai kau masih milikku, tak semudah itu juga menenggerkan kepalaku pada bahumu. Tidak seperti awal kau dan aku bertemu.

Selama aku sendiri...





*to be continue*

Tiga Sial


Aroma tubuhmu.

Sial.

Bayangan tentang tingkahmu.

Sial.

Rasa sayangmu padaku.

Sial.

Dua.

Kepada semesta

Denting piano menghias suatu ruang kosong

Aku diam

Membiarkan diriku terisi olehnya

Walau sebenarnya nada itu berisi airmata dan 

kecewa.


Kepada semesta

Aku mencoba lenyap 

Kusingkirkan hiruk pikuk yang mengelilingiku

Kudengarkan isi hatimu

Kupaksa diriku sendiri mabuk terkulai



Kepada semesta

Denting itu sedang menghujaniku dengan makian

Katanya, airmataku palsu

Katanya, sesalku hanyalah angin lalu

dan

AKU TERTAWA !!







kepada Semesta,
dentingmu membunuhku
mengirimkan bayangmu dalam mimpiku
tak bisakah aku tidur dengan tenang di surga?

Ini Baru Satu, Sayang.

     Sayang, malam ini aku memikirkan kembali semua kebodohan yang telah aku lalui. Beberapa hal kecil yang aku lewati. Apakah kau tahu, sudah lama aku tak menatap langit malam sekosong ini. Karena bagiku, kau adalah hiasan indah dari yang terindah setiap malamku. Tak perlu aku memandang langit malam untuk membuktikannya, hadirmu menemaniku sudah cukup membuatku percaya. Di sampingmu aku tenang, di sampingmu aku merasa aman. Tak ada peluk senyaman pelukanmu. Tak ada bisik seindah bisikanmu. Aku mengagumi, menyukai, menyayangi dan mencintaimu.

     Disaat aku sedang melamun seperti ini, imajinasiku bak rumah sakit jiwa. Apalagi setelah aku menjadi penjelajah semesta yang berkarir secara solo. Bukan Sayang, aku tahu ini semua bukan salahmu. Aku tahu, aku yang pantas disalahkan. Salahku, tak bisa sabar oleh tingkahmu yang sedikit tak perduli padaku. Padahal kau amat perduli padaku, iyakan Sayang? Iya, kita berdua tahu... Aku seringkali menyalahkanmu atas banyak hal yang terjadi di hidup kita. Padahal, aku saja yang tak dapat bercermin. Iyakan Sayang?

    Sayang, aku ingin bertanya. Mengapa kini aku tak dapat bernyanyi seperti dulu? Belum habis kulantunkan nada indah lagu cinta, airmataku sudah siap mengucur di pelupuk mata. Jika aku tak sigap dan jika aku tak siap, airmata itu akan makin deras dan bebas menuruni serta menggerayangi pipiku. Aku muak.

     Aku muak, Sayang. Tiap mendengar lagu cinta, seakan hati rasanya ingin kurobek menjadi beberapa bagian. Lagu cinta mengingatkanku padamu dan aku benci itu. Aku muak bahkan ingin muntah lalu berteriak, mengapa lagu cinta yang begitu aku sukai menjadi musuh dalam selimut? Kata pamanku, keparat adalah kata yang cocok. Tapi mungkin, brengsek juga bisa jadi kata yang pas. Iya, aku membicarakan lagu cinta, Sayang.

     Sayang, ijinkan aku tidur dalam pelukmu malam ini. Biarkan kecupmu membasahi bibirku seperti dulu. Biarkan semua terjadi. Biarkan kita kembali. Walau hanya dalam mimpi.

Perasaanku saja.

Menyakitiku itu mudah
Dan membalas menyakitimu itu susah
Karena pada akhirnya,
sakitmu adalah sakitku.

Aku merasa bodoh
Membiarkan rasa sakit dan rindu masuk terlalu dalam
Aku memang bodoh
Dan aku terbiasa rela untuk menjadi bodoh
Selamanya seperti itu
Bodoh.

Minggu, 29 Desember 2013

Surat : Aku Harus Pulang Kemana?

Hai Cinta.



Surat ini kutulis saat aku sedang tertawa terbahak-bahak, sambil diiringi lagu manis yang pernah kau kirimkan padaku. Airmata mengalir deras namun aku tertawa. Aku terlalu lemah untuk tersadar dari pengaruh minuman keras ini. Tolong aku.

Tidak!

Kau tak boleh menolongku!!

Aku begitu dalam menyakitimu, aku tak boleh lagi-lagi menyakitimu. Aku sudah berjanji akan menjauhkan tiap jejak kakiku dari hidupmu. Membuang jiwaku yang hina dalam jurang penyesalan. Hahaha aku sedang tertawa, sayang...

Minuman keras ini menjijikkan, namun aku suka bagaimana ia dapat membuatku gila dan terhuyung-huyung mengenangmu. Lalu sekejap, bayangmu dapat hilang juga di waktu yang sama. Tidak, ini tidak menjijikkan sayang. Ini begitu nikmat, bercampur dengan peluh dan keluh.
Maukah kau bersulang bersamaku, cinta?

Amatir? Iya aku memang amatir memainkan sandiwara kebahagiaan ini!! Aku memang amatir!! Aku terlalu amatir untuk dapat menikmati segelas kecil minuman keras yang laki-laki bejat itu siapkan. Cinta, dia merayuku! Dia mengajakku berdansa di lantai yang penuh gemerlap lampu sesat. Dia mencoba membawaku pergi, cinta. Tapi tidak, katamu aku harus menjadi seseorang yang kuat. Maka aku bertahan disini, sendiri. Hingga petugas kebersihan menyadarkanku dan mengatakan aku harus pulang sekarang.

Baiklah, aku akan pulang, kataku. Tunggu, aku sudah kehilangan rumahku, cinta... Lantas, aku harus pulang kemana?

Seribu Maaf Tak Henti Untukmu, Cinta.

Kita pernah sama-sama menikmati senja
Bergurau dan bercanda
Diiringi awan jingga yang makin merona
Kita pernah saling jatuh cinta
Iya,
kita pernah, cinta.

Kita pernah berlari bersama untuk mengejar anjing tua itu
Bertengkar namun tetap berhias tawa
Lalu kita berebut suatu benda
Hingga kita tersungkur dan saling menatap mata
Kita pernah saling jatuh cinta
Iya, kita pernah..
cinta.

Kau ingat?
Kita pernah saling menguatkan
Kau menyiapkan bahumu yang kokoh untuk menopangku
Menyeka tiap tetes airmataku
Mengatakan kau dan aku akan baik-baik saja
Kau akan menyayangiku selamanya
Kau akan tetap ada untukku dalam waktu yang lama
Kau ingat?
Kita pernah saling jatuh cinta, sayang..

Tidak.
Itu salah.
Itu semua salah.

Kita bukan pernah saling jatuh cinta
Melainkan, kau dan aku jatuh bersama karena cinta
Aku jatuh, kau jatuh dan aku akan lebih jatuh lagi
Lucu, bagaimana aku menekanmu dan membuat semua berakhir
Namun aku tak pandai menyembunyikan cinta
Aku tidak mahir,
sayang.

Sekarang, selamat melanjutkan hidupmu
Doaku takkan berhenti untukmu, sayang
Karena namamu,
begitu indah menghias doa-doaku.
Dan akan selalu begitu,
cinta.

Kamis, 05 Desember 2013

Beku

Sejenak duniaku membeku
waktu berhenti mengitariku
dan kelam setia mendekap tubuhku

Segala hal yang jadi perjuangan telah berubah menjadi arang
Tak ada guna lagi aku berdiri dan menolak keparatnya angan

Sekejap semua hilang
Pagi berubah menjadi petang
Tak akan ada lagi yang memanggilmu sayang
dari bibir ini

Segala hal yang kupertaruhkan menjadi tanpa arti
Tidak, sejak awal aku memang tidak pernah memiliki arti

Sedetik semenit sejam sehari sebulan setahun sewindu
Memang tak pernah ada yang mudah tentangmu, apalagi merelakanmu.