Tampilkan postingan dengan label #poem. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #poem. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 Februari 2015

ROMAN PICISAN

Pribadi yang tenang dan menenangkan
Melantunkan lagu merdu yang hanya aku,
yang dapat mendengarkan
Menjadi istimewa karena setiap tuturmu
Menjadi bangga karena kau milikku

Sosok yang gagah nan rupawan
Menawarkan cita cinta dan harapan
Kau telah menculik hatiku, Tuan
Hati-hati karena aku bisa saja tak mau kau lepaskan

Dimana arti kebebasan mencinta dan dicinta
Kala manusia dan manusia memberi setumpuk peraturan
Cinta yang kutahu tak seperti yang tertulis di buku, Tuan
Yang bebas, indah dan tak bersyarat
Yang merdeka, romantis dan tanpa kecuali

Apakah pujangga itu sedang berbohong, Tuan?
Apakah roman picisan dibuat hanya untuk melambungkan tinggi harapan;
Tanpa mengenal kenyataan dan kesakitan yang dibuatnya

Apakah aku harus benci para pujangga itu, Tuan?
Apakah aku harus merangkak, memasung dan membunuh diriku sendiri;
Agar aku tak sampai mati penasaran untuk selamanya menjadi milikmu

Itu...
Hanya roman picisan, iya kan Tuan?

Let It Be

Menampilkan Let It Be - Coba kau d... 
Coba kau duduk di sampingku, kasih..
Sebisa mungkin kau hindari tuk menginjak gaunku yang putih
Tak perlu takut lagi, karena semua bukan lagi benih
Inilah sesungguhnya kasih

Tiada lagi yang harus kau takutkan
Semua doa telah melahirkan harapan
Aku dengan mahkota kebanggaan
Bersanding manis bahagia di pelaminan

Biarkan Tuhan menjadi saksi
Biarkan angin menjadi angin
Biarkan burung menjadi burung
Biarkan kau dan aku menjadi kita
Dan biarkanlah dunia mencerca

Let it be, baby.

Catatan Demi Catatan


 Menampilkan Catatan demi catatan - Le

Lembar demi lembar mati di tanganku
Gugur menjadi abu bersama guratanmu
Suara hatiku perlahan menyanyikan tiap bait kata-katamu
Tulisan tanganmu bagai lagu lawas yang menyejukkan batinku

Helai demi helai rambutku berterbangan
Mencari dan mengejar bayang yang hampir hilang
Sosokmu kembali menjadi hantu
Membuat bulu kuduku merinding,
seakan kau tepat di sampingku,
yang sedang membaca karyamu

Hidupmu penuh pilu, jelas kau tuliskan dalam catatan harianmu
Namun selalu kau sajikan senyum hangat bersahaja di depanku
Kau tak ingin aku melihat lukamu,
itu yang tertulis disini

Makin kulahap lembar perjalanan hidupmu
Makin keras batinku menjerit
Kembalilah, kasihku...
Dunia memang tak seindah nirwana
Namun aku kan selalu berusaha menjadi milikmu,
selalu...