Selasa, 24 Februari 2015

ROMAN PICISAN

Pribadi yang tenang dan menenangkan
Melantunkan lagu merdu yang hanya aku,
yang dapat mendengarkan
Menjadi istimewa karena setiap tuturmu
Menjadi bangga karena kau milikku

Sosok yang gagah nan rupawan
Menawarkan cita cinta dan harapan
Kau telah menculik hatiku, Tuan
Hati-hati karena aku bisa saja tak mau kau lepaskan

Dimana arti kebebasan mencinta dan dicinta
Kala manusia dan manusia memberi setumpuk peraturan
Cinta yang kutahu tak seperti yang tertulis di buku, Tuan
Yang bebas, indah dan tak bersyarat
Yang merdeka, romantis dan tanpa kecuali

Apakah pujangga itu sedang berbohong, Tuan?
Apakah roman picisan dibuat hanya untuk melambungkan tinggi harapan;
Tanpa mengenal kenyataan dan kesakitan yang dibuatnya

Apakah aku harus benci para pujangga itu, Tuan?
Apakah aku harus merangkak, memasung dan membunuh diriku sendiri;
Agar aku tak sampai mati penasaran untuk selamanya menjadi milikmu

Itu...
Hanya roman picisan, iya kan Tuan?

Let It Be

Menampilkan Let It Be - Coba kau d... 
Coba kau duduk di sampingku, kasih..
Sebisa mungkin kau hindari tuk menginjak gaunku yang putih
Tak perlu takut lagi, karena semua bukan lagi benih
Inilah sesungguhnya kasih

Tiada lagi yang harus kau takutkan
Semua doa telah melahirkan harapan
Aku dengan mahkota kebanggaan
Bersanding manis bahagia di pelaminan

Biarkan Tuhan menjadi saksi
Biarkan angin menjadi angin
Biarkan burung menjadi burung
Biarkan kau dan aku menjadi kita
Dan biarkanlah dunia mencerca

Let it be, baby.

Open My Heart.

                                         


Pukul lima sore di bandara internasional Adisucipto Yogyakarta, seorang pria gagah dengan tampang yang rupawan menghampiriku. Ia berjalan sedikit cepat sambil terus mendorong trolley yang penuh dengan barang bawaan. Mungkin itu buah tangan dari negeri Paman Sam atau mungkin setumpuk kenangan lama yang aku biarkan tersisa walau tinggal maya.

"Hai!". Tangannya melambai cepat ke arahku dan tersenyum merekah seperti orang yang baru pertama kali bertemu dengan kekasihnya setelah lama berkelana.

"Hai, Tom! Sepertinya Amerika sangat ramah kepadamu."
"Hah? Memangnya kenapa?"
"Kau tidak sadar? Kau sekarang terlihat lebih segar dan yaaa makin menawan..."

Dia diam menatap mataku lama dan dalam. Mungkin dia hampir tenggelam di sana atau malah sengaja menyelam untuk menarik aku balik.

"Kau ini! Hahaha."

Seketika jantungku berdegub kencang kala ia mendaratkan tangannya ke kepalaku, dan mengusap-usap rambutku dengan cara lama. Tak puas mendebarkan jantungku, ia kini membuat aliran darahku berhenti karena mendekapku lembut dalam tubuhnya.

"Aku rindu sekali padamu, Laras."

Sebuah kecupan manis berhasil merontokkan seluruh amarahku karena kebodohannya dulu; pergi tanpa pamit dan sempat takkan kembali.

"Lalu, apa kau masih Laras yang dulu?"
"Hehe masih Tom. Hanya sekarang aku mempunyai rumah baru, pintu baru dan halaman baru."
"Kau... membeli sebuah rumah baru?"
"Hahahaha kau ini! Bukan. Bukan itu.."
"Lalu? Emmm... aku tak mengerti.."
"Aku berbicara tentang hatiku Tom..."

Dia hanya diam dan aku lebih diam darinya.

"Dapatkah aku pulang kembali?"
"Tentu..."
"Kalau aku ketuk sekarang, maukah kamu membukanya untukku, lagi?"
"Tergantung."
"Maksudnya?"
"Kau tak akan mencintaiku dengan cara lama, iya kan?", "Seperti, melambungkanku dan lalu meninggalkan aku jauh-jauh dan sempat tak mau kembali."
"Aku..."
"Kalau kau tidak mencintaiku dengan cara yang baru dan hati yang masih sama, maaf aku tidak bisa."
"Laras...aku..."
"Tom, kau tahu hatiku membuncah riang hari ini namun hatiku lebih tahu, esok ia akan mati suri kembali."

Anak kecil dengan balon warna jingga mengalihkan pandangan kami. Ia berjalan mendekat ke arahku lalu memeluk kakiku.

"Mama, kan Rasla udah request tadi jangan lama-lama...". Wajahnya berkerut-kerut sambil menahan tangis di bibirnya. Aku menunduk dan mencium keningnya, "Bentar ya Rasla cantik... Mama lima menit lagi deh nyusul ke mobil."
"Bener ya. Kalo mama bohong?"
"Emmm Rasla masih suka ice cream coklat kan?"
"Asiikkk! Okay Mom!", Rasla mencium pipiku lalu berlari kecil menuju mobil yang ku parkir tak jauh dari tempatku berdiri.

"Kenapa hanya diam, Tom?"
Aku melanjutkan..
"Umurnya besok April sudah 5 tahun. Kurasa kau dan dia harus berkenalan secepatnya. Dan segeralah membuat keputusan, sadarkan dirimu sendiri apa yang selama ini kau tinggalkan. Siapa saja yang sudah kau tinggalkan. Tentu saja sebelum kau berkelana kembali dan meninggalkan kami."
"Laras, kau tak pernah bilang tentang semua ini."
"Aku pulang, Tom. Sisanya kurasa kau sudah bisa menjawab sendiri. Bye!", "eh... see you?"

Aku pun melangkah pergi.

Catatan Demi Catatan


 Menampilkan Catatan demi catatan - Le

Lembar demi lembar mati di tanganku
Gugur menjadi abu bersama guratanmu
Suara hatiku perlahan menyanyikan tiap bait kata-katamu
Tulisan tanganmu bagai lagu lawas yang menyejukkan batinku

Helai demi helai rambutku berterbangan
Mencari dan mengejar bayang yang hampir hilang
Sosokmu kembali menjadi hantu
Membuat bulu kuduku merinding,
seakan kau tepat di sampingku,
yang sedang membaca karyamu

Hidupmu penuh pilu, jelas kau tuliskan dalam catatan harianmu
Namun selalu kau sajikan senyum hangat bersahaja di depanku
Kau tak ingin aku melihat lukamu,
itu yang tertulis disini

Makin kulahap lembar perjalanan hidupmu
Makin keras batinku menjerit
Kembalilah, kasihku...
Dunia memang tak seindah nirwana
Namun aku kan selalu berusaha menjadi milikmu,
selalu...

Flashback


Hello There,
First, have a yummy lunch you.


Yesterday I re-read my writings from 2013 till today. I laughed, I smiled and I feel so... I don't know a bit stupid but happy in the same times.

   Hallo Mas Valdi yang lagi sibuk pastinya di Jakarta. Apa kabar karya-karyamu? Sudah menyuntting berapa film pendek sekarang? Kapan waktu yang lalu ke Jogja ya, cie. Entah dunia sempit atau apa malah temenku yang ngasih tau.Dia tau sebagian kecil cerita tentang aku-kamu dan panggilanmu Adit, bukan Valdi. I know. Dia bilang kalian kerja bareng disuatu project seni, wah...
Sukses selalu Mas Val, terimakasih buat obrolan dini harinya dulu, bikin suka kangen dan gemar menulis. Cie. Ngomong-ngomong kamu udah maafin aku belum sih? Hehehe...

   Hallo, Mas Togar yang lagi ada di jalan perjalanan pulang Semarang. Salam yaa buat pasukan ketje dan orang rumah. Aku kangen semuanya. Kapan lagi bobok ada yang ngendus, bangun dijilat, oh Bella.Aku tahu kamu ngga cemburuan tapi, jangan iri kalo kamu aku tulis setelah nulis tentang Mas Valdi. Aku sudah sangat-sangat berdamai dengan masa laluku sejak ada kamu. Cemburu-cemburu lucu pasti ada tapi banyakan lucunya daripada cemburunya. Jadi, adanya lucu-lucu cemburu. Iya, gitu pokoknya.
   FYI nih, siapa tau kamu ngga tau, aku sayang kamu. Entah beberapa tahun lagi aku buka blog dan baca ulang bakal bereaksi apa tentang tulisan ini. Palingan ketawa, kan beberapa tahun dan seterusnya sampai waktu yang belum diketahui aku baca blogku sambil leyeh-leyeh manja di samping kamu. Aku minum coklat kamu minum air keran. How Romantic, beib...
 
Ya sudah ya, udah jam satu siang.
Lunch time is up.
God bless us!


Jangan marah ya, terimakasih...

*salim sama Mas Valdi via maya*
*salim Mama Mas Togar*
*salim Papa Mas Togar*
*salim Mas Daniel*
*lompat ke pelukan Mas Togar*