Selasa, 29 Januari 2013

Surat Cinta Untukmu



Sudah tepat satu tahun kau membiarkanku dalam kesendirian. Menatap lekat pada alat komunikasi apapun yang mungkin kau gunakan untuk menghubungiku. Tapi, sedetik aku tersadar. Sudah percuma dan lagi-lagi tak berguna tatapanku ini. Semua binar yang aku tunjukkan demi menunggu kabar darimu. Ah kau memang serba tahu! Ah kau memang serba bisa! (latar:dulu)
Dan memang harus kuakui, kau selalu serba tahu mengenai kita ataupun aku. Kau tahu bagaimana caranya menyia-nyiakan hubungan kita. Kau tahu bagaimana caranya membuang dan menghempaskan begitu saja memori kita. Kau tentu saja tahu bagaimana caranya agar “kita” cepat berakhir. Ah kamu! Membuatku semakin rindu akan sikap acuh dan semena-menamu itu. Hey Mr.Serba Tahu! Kau hebat sekali, tak aku pungkiri kau sangat tahu bagaimana memperlakukanku. Iya, memperlakukanku layaknya wanita, wanita yang bagaimana? Wanita yang merasa kehadirannya tak pernah dianggap. Wanita yang merasa memiliki “seseorang” namun hatinya hampa. Wanita yang merasa bahagia namun tak bahagia. Hebat kan? Lihatlah hasil prestasimu. Coba tengok sedikit kedalam hatiku. Iya aku tahu hatiku tak sebagus yang kau mau. Hatiku penuh lubang karenamu, itu tanda bukti prestasimu, dalam menyakitiku. Cukup banggakah kamu? Apakah akan kau umumkan pada dunia prestasi gemilangmu ini? Kalau dapat membuatmu bahagia, lakukanlah. Seperti yang kamu tahu, aku bahagia dan terluka hanya untukmu, dan kuanggap itu suatu prestasi buatku.
Oh iya! Kamu serba bisa juga. Sambil menahan rasa ingin tertawa dan tersenyum nanar, aku mencoba mengungkapkan lewat surat ini. Mungkin kau tak sadar kalau kau juga Mr.Serba Bisa. Tapi dengan kewarasan penuh aku katakana padamu, kau …serba bisa. Aku bangga (pernah) memiliki kamu, seorang lelaki yang serba bisa. Tapi sayang sekali, tak ada yang doyan dengan skill serba bisamu. Kamu heran kenapa? Coba kau bayangkan saja, siapa juga yang mau memiliki lelaki yang serba bisa mendiamkan pasangannya berbulan-bulan sepertimu? Yang serba bisa membuat pasangannya menangis perih demi kamu. Dan kamu adalah lelaki, yang serba bisa menyakiti. Siapa yang mau? Aku? Iya memang aku, tapi harus kukatakan itu sudah berlalu.
Ini mungkin akan menjadi penutup Surat Cintaku Untukmu. Oh iya maaf, tak ada lagi kata cinta untukmu. Mungkin aku hanya mencoba mengatakan, ini adalah Surat Pemberian Maaf Untukmu. Jadi, kau tak perlu khawatir tentang aku. Aku sudah memaafkanmu dan aku yakin hubungan kita akan baik-baik saja setelah ini. Kau bisa menghubungiku kapan saja. Dan mungkin, bila kau ingin bertemu denganku segera, kau bisa menemuiku. Tapi mungkin paling cepat akhir pekan kita baru akan bertemu. Bukan karena aku malas menemuimu. Tapi sungguh ini murni karena kesibukanku menyiapkan pernikahan kami. Lewat surat ini aku juga ingin meminta maaf padamu. Selama satu tahun kau meninggalkanku tanpa ada kejelasan, ada lelaki baru yang datang ke dalam hidupku dan memberi pencerahan. Akhir pekan nanti kamu bisa bertemu kami, tenang saja. Bahkan kau dapat menjadi salah satu tamu special dipernikahan kami nanti. Tak perlu merasa malu, kau sudah mengenalnya. Kau cukup datang padanya dan katakan, “Terimakasih sahabat, kau telah menggantikan posisiku dan semoga selalu menjadi yang terbaik buatnya. Semoga kalian langgeng ya! Tuhan memberkati”.
Kalau begitu, anggap saja surat ini juga sebagai undangan untukmu ya! Kalau kau merasa tidak puas dengan undangan special ini, akan aku buatkan yang baru. Semoga hidupmu menyenangkan dan tak tersia-sia. Tuhan memberkatimu!

Note:  maaf ya kalau tulisanku berantakan, tapi hatimu tidakkan? Have a good life! J


Yang Sudah Berlalu

( Aku )        

Minggu, 27 Januari 2013

Dog, Dogs and Dogsss

     Hey there! Today I would like to show you a pictures of cute dogs. Aemm, actually I don't really know much of dogs and the kind of dog but it's okay anyway to share a pictures. So here you are!<3 

which one you love the most? 


I'm just so hugs-able! 


I'm tired momy :(


What? I'm not the one who stood the ice cream, I swear


I love my pink hoody!


what's the matter?


awwwee ...


I'm the best coboy ever!




Jumat, 25 Januari 2013

Taman Air Tlatar, Boyolali

     Sekitar 6 bulan yang lalu, kantor di tempat Mamaku bekerja ada acara jalan-jalan bersama. Nah untuk destinasi kami memilih di Taman Air Tlatar. Tempat wisata ini berada di kabupaten/kota Boyolali, Jawa Tengah. Tempat wisata ini menyediakan berbagai fasilitas. Contohnya saja ada motor ATV yang berada di sisi lain sungai, perahu bebek, berbagai macam restaurant dan juga kolam renang. Tempat ini tidak membosankan untuk dikunjungi beberapa kali dalam sepekan. Dan lagi pada salah satu restaurant yang lumayan luas, ada kolam ikan yang bisa dimasuki pengunjung sehingga pengunjung dapat bermain air dengan berbagai macam ikan. Dan kolam tersebut tidak terlalu dalam, sehingga anak kecilpun dapat ikut menikmati bermain air bersama ikan. Ohya! Disediakan juga kolam kecil untuk spa ikan, seharusnya membayar dahulu, tapi waktu aku ikut menikmati spa ikan tersebut, penjaganya cuek dan tidak memungut biaya hehe. Daripada aku berbicara banyak, segera kunjungi saja tempat wisata ini! Ini ada beberapa foto yang aku ambil sewaktu aku disana, enjoy! <3


Ini salah satu restoran yang aku ceritakan, yang memiliki spa ikan































Laskar Pencerah



     Pernahkah kamu terinspirasi suatu film? Yang memotivasimu menjadi lebih maju? Yang memberikanmu harapan baru? Yang datang bagai aingin sejuk dikala siang yang menyengat. Bagiku, sering hal itu terjadi. Namun hal tersebut berjalan singkat dan tidak berjalan lama. Setelah kau lupa filmnya, kau lupa juga moral value yang terkandung di dalamnya, yang sempat menghipnotis kita. Tapi entah mengapa film pendek Laskar Pencerah karya sutradara Vani Dias Adiprabowo dan produser Galih Firdaus ini membawa hawa yang berbeda. Tak banyak kelebihannya, hampir sama dengan film bioskop lainnya yang menceritakan kehidupan pendidikan anak Indonesia. Tapi kemasan yang singkat dan padat ini membuat kesederhanaannya istimewa. Film yang disunting oleh Anthony Vivaldi Ekaditya ini mengangkat cerita tentang seorang anak negeri bernama Laskar dan juga teman-temannya yang bersekolah di Komunitas Belajar Sayap Garuda. Komunitas ini terbentuk di Salatiga Jawa Tengah pada tahun 2007 oleh Pak Burhanudin.
            

     Ula adalah teman sekolah Laskar di Komunitas Belajar Sayap Garuda. Sedangkan Laskar? Laskar hanyalah anak biasa yang berusaha mengejar cita-citanya menjadi dokter demi kesembuhan sang ayah dan motivasi yang tinggi untuk membantu sesama. Ayahnya sakit-sakitan dan hanya mampu berbaring di atas kasur sedangkan ibunya berjualan membuka warung. Ibu Laskar amat tidak setuju ia bersekolah. Bukan tanpa alasan. Ibunya hanya ingin Laskar membantu beliau di warung serta menjaga ayahnya yang sakit.
            
     Walau sudah berkali-kali dimarahi oleh ibunya karena ketahuan bersekolah, ia tak pernah jera. Sampai suatu hari ibunya memergoki Laskar akan berangkat ke sekolah dan mengambil bukunya. Padahal buku itu amat berharga bagi Laskar. Buku itu bertuliskan gagasan yang akan ia gunakan dalam kompetisi menulis. Dan kompetisi tersebut memperebutkan hadiah pertukaran pelajar antar-komunitas ke Cina. Mengetahui hal tersebut, Ula ikut berempati dengan keadaan Laskar. Bagaimanakah nasib Laskar selanjutnya? Mampukah ia memenangkan lomba dan berangkat ke Cina? Simak film pendek ini disini. 

Keep dreaming and keep trying anak Indonesia! 

Kamis, 24 Januari 2013

MONOTON


MONOTON
     Aku atau pun kamu pasti atau mungkin pernah bertahan dalam suatu fase yang berulang-ulang tanpa perubahan. Kadang aku atau kamu menikmati fase tersebut dan bahkan tak ingin beranjak, tak ingin berhenti untuk menjadi teman setianya karena suatu alasan. Namun saat kita sudah mulai membencinya dan ingin pergi jauh darinya, ia akan mulai mengakrabi dan menjadi musuh yang ganas. Menjadi musuh yang siap untuk membunuh. Membunuh segala kebahagiaan serta senyum canda bahkan tawa. Ya, ia menjadi kejam, membabi buta memukul mundur perubahan. Tapi, fase itu tidak bisa kita lompati tanpa usaha keras. Mungkin kita bisa mulai menjadikan fase itu teman (lagi) dan berjalan di samping, di belakang atau bahkan di depannya. Hidup ini penuh pilihan, ya!
     Oh iya! Maaf kami sedang membicarakanmu, “Monoton”. Kau masih disini? Atau kau mulai merangkak, berjalan dan pergi? Kalau begitu, Selamat Apa Saja untukmu! Semoga kamu akan tetap mencariku, sehingga aku menjadi lebih pandai untuk mencari cara jauh darimu.
     Hey Monoton! Ada seorang sutradara yang tertarik menjadikanmu “bintang” dalam sebuh film pendek. Sutradara tersebut bernama Mulyanto Joyo. Ia tak hanya menyutradari film pendek tersebut, namun ia merangkap profesi sebagai produser serta penyunting. Eh Monoton, ia tak bekerja sendiri dalam menyunting film tersebut, ada sebuah nama, Anthony Vivaldi Ekaditya. Iya, dia juga menyunting film pendek yang kamu bintangi. Jangan berani berfikiran untuk berkenalan dengan mereka! Aku tidak suka kamu berjalan iseng dalam kehidupannya. Atau, jangan-jangan kamu telah mencuri start? Awas!
     Kamu penasaran? Kamu benar-benar tak tahu film mana yang aku maksud? Baiklah, yang aku maksud adalah film pendek “Antara Jam, Alarm dan Dia: Selamat Tidur”. Film tanpa dialog yang berdurasi 7 menit ini berceritakan tentang “kamu” (re:Monoton) yang hobi menggelayuti seseorang. Hingga ia merasa berada di puncak kejenuhan hidupnya yang terlalu rutin dan terlalu kamu (re:Monoton).
Ah, aku lelah! Mungkin, aku bisa membantu istirahatmu dengan cuplikan “nina bobo” ini. Selamat Tidur! 

Rabu, 23 Januari 2013

ANTONIM



Antonim Satu
Saat aku ingin melihat indahnya matahari terbenam dari atas gunung, maka aku harus berusaha NAIK dengan segala cara. Aku tak boleh menyerah apapun rintangan dan resikonya. Sekalipun belum tentu matahari memberi garansi ia akan menyembunyikan diri dengan indah dibalik gunung, aku harus siap akan segala hasil yang aku dapatkan. Karena sebenarnya dalam perjalanan menuju ke atas, aku telah melalui banyak hal. Dan hal-hal tersebut telah mengajarkanku untuk menjadi seseorang yang lebih baik. Tiba saatnya aku menikmati kerjakeras, matahari enggan bersahabat denganku. Tak apa, aku akan TURUN esok hari dengan keadaan yang lebih baik. Tak dipungkiri sore itu aku terbawa emosi karena lelah dengan perjuangan. Aku akan menangis, merintih dan mengeluh namun aku berjanji hanya pada sore itu, dan aku akan tidur untuk melenyapkan mimpi lama dengan mimpi yang baru. Kusambut pagi dengan senyum, bukan karena matahari muncul dengan indah, namun semua hal yang aku lihat indah. Semua menjadi lebih baik saat aku sudah menyudahi emosi itu. Aku menuruni gunung (masih) dengan senyum. Akan kubawa berita bahagia ini sesampainya di bawah. Aku akan mengajarkan pada mereka yang belum pernah NAIK agar siap tak mendapatkan hasil yang diinginkan di atas. Setelah itu akan aku ajarkan mereka untuk turun dengan hati-hati agar berita yang ingin mereka sampaikan terjaga dengan baik di bawah. Takecare Matahari Desembruari! Aku tak akan mencarimu lagi, karena aku sudah pernah menemukanmu, dan aku tahu kau tak abadi untukku. Karena kamu, (hanya)lah Matahari yang aku tunggu dalam bulan Desember dan Februari. Yang aku tahu, kalau aku mencintaimu, aku akan menunggumu tiap waktu. Jadi, lekaslah kau mencari penggemar baru. Aku (pernah) menyayangimu! :*

Antonim Dua
Dua hati yang sedang (terlalu) terbuai rasa. Entahlah rasa itu sebagai apa, mungkin kamu iya kamu yang sedang membaca ini bisa membantuku dengan berimajinasi sesuai yang kamu mau. Tambahkan cinta, sayang atau nafsu di belakang dan selalu mengikuti kata “rasa”. Rasa itu semakin menggebu, membuat dua sejoli tersebut menjadi amat bodoh dan amat pintar. Mereka menjadi amat bodoh saat rasa yang menjalar tak mereka control bahkan saat mereka tak tahu arti dari rasa itu sendiri dan apa yang mengikat mereka untuk tetap begini, nyaman-kah? Oh cukup kata nyaman untuk mengikat rasa tersebut, miris, tragis. Yang mereka tahu hanyalah TAWA dan canda yang mereka taburkan kemana-mana. Seakan apa yang mereka jalani atas dasar rasa tersebut adalah sebuah lelucon,kasihan. Tapi  mereka juga amat pintar, sayangnya saat  mereka atau salah satu dari mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan rasa yang mereka gunakan sebagai papan untuk mendasari. Akhirnya pun mereka atau salah satu dari mereka MENANGISI rasa yang sudah terlanjur tercipta namun kini terasa sia-sia. Pupuslah sudah harapan mereka atau salah satu dari mereka untuk melanjutkan rasa. Padahal, mereka belum sampai pada kata komitmen yang pasti. Ah, kasian sekali salah satu dari mereka. Pasti yang satu sudah lebih berusaha dan mendominasi untuk menjadi sabar dan penuh pengertian. Tak mungkin dua-duanya, karena kalo memang rasa yang kamu tambahkan itu benar, mereka sudah pada tali komitmen sekarang. Ya seharusnya kita dulu belajar antonym bersama untuk melihat kemungkinan apa yang aku hadapi saat memperjuangkan kamu, kita. Iya, ini bukan lagi soal mereka atau salah satu dari mereka. Tapi ini soal kamu dan kita. Ah setidaknya (pernah) menjadi kita yang abu-abu juga tak buruk. Terima kasih atas semua kenangannya. Aku (pernah) menyayangimu! :*

Antonim Tiga
Kali ini aku lelah bermain kata denganmu. Aku lelah kau selalu bertahan dengan argumenmu. Tiap detik dari hubungan yang menggantung ini aku selalu mencoba untuk memahami keadaanmu. Aku lelah bermain dengan pilihan dua jawaban. Aku lelah kau berfikir yang tidak sejalan denganku. Aku memilih untuk mengambil jalan belok ke KANAN, disana aku lihat ada papan yang bertuliskan “menuju kita”. Betapa girangnya aku membaca papan tersebut. Dengan kecepatan rata-rata yang aman dan standar, aku setir ke kanan. Namun tiba-tiba dengan cekatan kamu mengambil alih kemudi dan memutar balik, ke arah KIRI. Disana tak kulihat ada sesuatu yang menarik. Disana hanya berjejer kata “nyaman seperti ini” berulang-ulang. Tiap pemberhentian kita selalu rebut dan berarkhir di depan papan “nyaman seperti ini”. Oh tidak! Kali ini kita berhenti berjalan dan parkir di depan papan yang lain, yaitu “saatnya keputusan”. Dengan sedikit menahan ego dan emosi yang hampir membanjiri jalanan itu, aku turun. Tak mungkin dalam satu “wahana” itu akan ada dua supir yang saling mengeluarkan taring untuk meminta putar balik. Aku mengalah, aku akan menjadi penumpang, yang duduk di samping supir, sayangnya bukan dengan “wahana”mu. Aku masih menunggu, seseorang yang berkendara menuju arah kanan bagiku dan bagi kami nantinya. Dan sungguh, aku tak perduli denganmu. Walau kau sudah meningkatkan level wahanamu. Walau kau sudah menemukan pendamping saat kau menyetir. Walau kau akhirnya akan berhenti pada suatu papan “karma” dan karena suatu hal mau tak mau kau harus berhenti di depan papan tersebut. Aku ucapkan selamat mencari dan menunggu wanita yang mau merangkak demi kamu. Karena demi menyelamatkanmu dari papan “karma” tersebut, wanita itu harus merangkak dan meraih “kesempatan” yang tersembunyi dalam karma itu sendiri. Selamat mencari, kamu yang (pernah) aku sayangi! :*

Cats and Cats

Entahlah sejak kapan aku mulai menyukai gerak-gerik serta ekspresi dari seekor kucing. Yang pasti mereka itu kissable also hugsable.. There are some cute photos of cats ..

Cute cat with hoodie 


I do have a mustache :3


Touch my stomach! XD



Am I cute enough? with(out) the bow ...


Im on the bucket! Oh my furs! 


Lovely blanket! Ulalala~


I am a naughty cat wanna be!


I'm gergeous and I know it! Lol~











Selasa, 22 Januari 2013

DIA




Aku duduk dalam diam di heningnya malam
MemikirkanMu jauh dan dalam
Apa kabar Kamu yang mengatur hidupku
Tentu tak perlu kuragukan kabarMu

Hai Tuhan,
Aku selalu mencoba menjadi penggemar rahasiaMu
Tapi selalu juga aku gagal
Karena Kau Maha Tahu apa yang aku fikirkan

Hai Tuhan,
Kenapa diriMu menjadi terlihat semakin misterius?
Mengapa engkau berikan aku jalan yang aneh, dan ini serius

Tuhan,
Apakah.. dia malaikatMu?
Apakah.. dia penjaga surgaMu?
Apakah.. dia yang selanjutnya yang akan mencoba menjagaku?
Tuhan,
Jangan lepaskan aku bahkan saat aku melupakanMu
Jangan butakan arahku saat aku menutup mata hatiku
Tapi genggam aku erat,
dalam jemariku yang lemah, Kau kuatkan aku, selalu …

Malam



Malam selalu memberi arti yang dalam
Malam selalu memberi kita emosi untukdicerna
Dan malam berharap kita dapat menjadi lebih dewasa
Melalui berita yang ia sampaikan dengan berbagai cara

Malam hari ini mengisyaratkan kita untuk lebih peka
Ia mengirimkan angin untuk menyeruak dibalik tirai jendela
Ia berkirim kabar dengan rasa melalui tetes air hujan

Malam itu lebih singkat
Bukan berarti malam tak hebat
Justru ia yang terkuat

Malam membimbing kita dalam sunyi
Dalam canda tawa
Dan dalam suka duka

Malam apapun yang terjadi
Kau tetap menjadi waktu yang teramat berarti
Tanpamu tak mungkin ada kesempatan seperti ini
Walau malam tak mampu menerbangkan layang
Tapi layang mampu mengudara, dengan mandiri
Bebaslah kau malam, bebaslah kau layang …

Senin, 21 Januari 2013

My SoundCloud ...

             Akhir-akhir ini banyak hal yang aku pelajari. Dari dia, kamu dan kamu. Hidup ini memang penuh pelajaran berarti kalau kita mau peka dan membuka mata. Atas imajinasi dan semangat yang menggebu aku mencoba mengeskpresikan diri dengan berbagai cara, salah satunya ini ... coba cek saat ada waktu luang teman :D 

Check it now! 

Matahari Desembruari


Matahari Desembruari
Yang Pertama
            Obrolan kecil dan hangat dari pagi membuka mata dan malam saat mengistirahatkan mata serta hati. Tapi hatiku tak berhenti untuk selalu mengingat canda dan obrolan yang kita ciptakan hari demi hari. Namun hatiku tak mati, hatiku terus berdetak untuk menghidupkan apa yang telah kita lalui. Kamu, seseorang yang mampir di mimpiku dalam beberapa bulan ini. Kamu, seorang yang membuatku lebih perduli untuk membagi semangat dan hari. Kamu, seorang yang membuatku lebih peka terhadap sikap dan kelakuaan orang lain. Kamu, yang mengajarkanku untuk selalu berusaha menjadi lebih baik hari demi hari. Kamu, seorang yang mengaturku agar menjadi kuat dan tidak bersandar pada si manja. Dan kamu, seorang yang bermulut besar dan otoriter. Kamu, seorang yang dapat mengajari namun tak dapat mengajarkan pada diri sendiri. Kamu, seseorang yang melakukan sesuatu dengan setengah hati. Kamu, seseorang yang jarang menuntaskan apa yang telah kau mulai. Kamu, adalah pembuat bara api yang akan menarik orang-orang untuk mengetahui, tentang kita. Dan aku, adalah seorang biasa yang selalu berusaha sabar, memaklumi serta mendinginkan bara api yang kau buat. Aku, adalah seorang yang tutup mata, telinga namun tak hati demi kamu.
            Masih terekam jelas, obrolan kita mengenai film Cinta Tapi Beda yang disutradari oleh Hanung B. Film tersebut  dituliskan oleh Dwitasari dengan apik dan simple. Film tersebut, banyak sedikit mewakili kita, yang berbeda. Panjang jika harus aku ungkapkan bagaimana kita bisa sejauh ini. Yang jelas jalan panjang tersebut bukanlah jalan yang tanpa batu, kerikil, lubang maupun genangan. Jalan tersebut lurus namun penuh tantangan sama seperti jalan yang harus dilalui pasangan dalam film Cinta Tapi Beda.
            Hampir saja bosan dan emosi menggerogotiku karena sikapmu beberapa hari sebelum Cinta Tapi Beda tayang perdana. Sikapmu itu sangatlah bukan kamu, seorang Robertus Ciko Wicaksono yang aku kenal. Memang wajar jika kamu menyebalkan, tapi kali ini kamu bukan menyebalkan. Ada sesuatu yang hilang dan melayang entah kemana dan karena apa. Aku coba merasakan apa yang hilang, apa yang biasanya ada dan merangkul hatiku. Dan iya, itu adalah jiwamu. Rangkulan hangat dari jiwamu itu melemah dan membuatku merasa dingin serta asing bahkan saat aku tau namamu tetap Robertus Ciko Wicaksono.
            Kali ini aku tak tahan, perasaan penasaran yang menggelitik itu makin menjadi. Siap dengan segala kemungkinan, aku tetap nekat.
“Kamu kenapa? Kamu beda Ko.”
Ngga kenapa-kenapa kok.”
“Berusaha aja bohong terus, tapi aku nggak akan percaya.”
Kita diam. Diam membuatku berfikir bahwa aku diizinkan untuk menyelidikimu, lagi.
“Kamu lagi ada masalah?”
“Aku nggak tahu, aku bosen aja di rumah.”
Wajar kalau Ciko merasa bosan. Liburan semester I dikelas XII ini memang tak banyak yang bisa dilakukan. Jawaban Ciko itu membuatku merasa bahwa rinduku akan segera dijawab olehnya.
“Ko, mau main? Batalin aja nonton Cinta Tapi Bedanya, kita bisa nonton besok-besok kok kalau kamu mau.”
“Tapi lagi kere...”
“Nggak usah ketempat yang mahal-mahal, ngga usah beli-beli, yang penting main.”
“Oke Bin, besok aku jemput jam empat sore ya! Kita ke Pantai Depok aja.”
“Oke Ko!”
Bahagia itu sederhana mungkin sedang berlaku. Aku tak ingin pergi ke tempat mewah, megah ataupun minim barang murah. Bagiku, pilihan tempat main darimu sudah cukup dan amat cukup untuk menghabiskan waktu berdua. Sudah aku bayangkan betapa senangnya aku ke pantai di sore hari ditemani kamu. Membagi canda tawa serta meleburkan rindu untuk sementara, karena aku tahu rinduku ini rakus dan tak pernah puas. Rinduku ini terlalu sering datang untukmu.
Aku sudah siap pergi, tepat di hari Cinta Tapi Beda tayang perdana. Aku merelakan film tersebut, lagipula aku bukanlah seorang yang sangat menyukai kegiatan “menonton”. Kau datang dengan teman setiamu, sang motor hitam bergaris kuning yang biasanya aku sebut Bumblebee. Walaupun Bumblebee dominasi besar warna tubuhnya adalah kuning, tetap saja motor dia itu Bumblebee dan tak bisa diganggu gugat. Aku suka Bumblebee, tapi aku tak suka motornya. Aku lebih suka orang yang mengendalikannya dan kadang nekat menggunakan “autopilot”.
Aku tak tahu kamu bodoh atau sengaja bodoh agar perjalanan kita menjadi lebih lama dan jauh. Sebenarnya kamu bisa saja langsung mengambil jalan ke selatan dari persimpangan rumahku. Tapi kamu justru mengambil ke utara lalu ke barat dan barulah ke selatan. Tapi aku tak perduli, asal denganmu aku tak keberatan untuk ikut menjadi bodoh karena lupa memberitahumu.
            Dalam perjalanan yang baru memakan 30 menit itu kamu bilang kalau lapar. Akhirnya kita berhenti untuk makan di sebuah warung bakso. Masuk warung tersebut aku sedikit aneh dengan pemandangan tepat depan mataku. Disitu terduduk jelas seorang bapak-bapak paruh baya yang badannya berlumuran semen, bahkan wajahnya. Mungkin itu hiburan, pikirku. Hingga akhirnya bapak tersebut bangun dari duduknya dan berpamitan pergi. Lucu, dan hal tersebut aku alami hanya denganmu, tak akan akan ada yang sama.
Kita duduk berseberangan, bagus batinku. Aku bisa melihatmu dengan lebih jelas, lebih jelas untuk melihat matamu yang tertutup kacamata itu misalnya. Kau selalu terlihat biasa dan sederhana, selalu terlihat seperti yang aku suka. Termasuk sederhana yang sampai terlihat lebih gembel daripada Bruno, anjingmu. Dan lagi-lagi itu bukanlah suatu masalah bagiku, asal jiwamu tetap denganku. Beberapa menit setelah kita duduk dan menyantap bakso, aku baru sadar kalau disitu tertera tulisan “Bakso Pak Tupar”. Hal kecil itu menjadi lucu bagiku karena nama ayah si Eka, teman karibku adalah Pak Tupar. Dan karena kamu juga hobi jahil ke Eka, kamu pun memotret tulisan tersebut dan mengirimkannya kepada Eka via chat smartphone. Mencoba menaikkan darah Eka, kamu justru bosan sendiri karena Eka membahas hal lain. Dan kita masih bercanda hingga perut sudah tak terlalu kenyang. Kita pun beranjak dari tempat tersebut dan aku mencoba merekam semuanya dengan alami, entahlah denganmu.
Sebelumnya aku tak pernah ke pantai melihat matahari terbenam dengan seorang yang aku anggap beda. Kamu menjadi yang pertama, dan akan selalu begitu. Apalagi melihat matahari di bulan Desember, ah mana mungkin aku akan begitu. Tapi denganmu, hal itu menjadi mungkin, iya denganmu.
Perjalanan sudah terasa akan berakhir dan sampai di tempat tujuan saat aku melihat jembatan itu. Ya, aku kenal jembatan itu. Aku pernah melewatinya, sekali. Tak sabar ingin segera menginjak pasir pantai, aku hanya mampu menikmati pemandangannya. Kamu memarkir motor dan aku turun dengan perasaan lega. Ya walaupun menyenangkan berada di belakangmu dan menggodamu, tapi badanku tak dapat munafik bahwa ia sangat pegal dan menggerutu lesu.
Pasir pantai yang hitam, kerumunan orang, bising motor ATV, deru ombak, angin laut, uap air asin, aroma khas laut, bersihnya langit, ah biasa saja. Coba kalau aku perbaiki, Pasir pantai yang hitam, kerumunan orang, bising motor ATV, deru ombak, angin laut, uap air asin, aroma khas laut, bersihnya langit dan KAMU, ah indahnya. Kamu mengoceh mengenai alasan memakai sepatu dan blablabla, buatku itu hanyalah salah satu cara agar aku selalu mengingat aksen bicaramu, suaramu dan yang terpenting, kamu. Kita duduk di pinggir pantai, seringkali bergurau dan bercanda mengenai “sesuatu” yang kau buat dari pasir. Dan kamu masih jadi Ciko yang mengesalkan. Kamu menaburi permen yang aku tawarkan dengan pasir agar aku tak memakannya, sedangkan kamu? Kamu sungguh terlalu, kamu masih memakan permen tersebut dengan lahabnya. Dan lagi-lagi hanya KAMU yang mampu begitu, KAMU yang pertama mempertontonkan padaku betapa permen yang ditaburi pasir pantai masih terasa enak dan menggiurkan.
Ombak seperti iri pada kita, kurasa. Ia menyingkirkan kita dengan ombaknya yang sampai ke pinggir terjauh dari pantai. Kita pun akhirnya beranjak dari tempat tersebut dan berjalan ke arah timur menyusuri pantai sembari mencari toilet yang bersih. Saat kamu berada di toilet, aku mencuri-curi untuk membalas chat dari teman-temanku. Bukannya apa-apa, hanya kurasa tidak adil jika aku berjalan denganmu namun fokus untuk handphoneku. Selesai dari toilet aku meyingkirkan handphone dan segera berjalan menyusul di sampingmu. Kita kembali duduk berdua, namun kali ini pantai lebih sepi. Dan seperti yang kita lihat, sepertinya tempat tersebut menjadi tempat favorit bagi para pasangan. Jadi, apakah kita pasangan? Ah aku tak tahu, dan tak mau tahu. Yang aku tahu adalah, hari ini, sore ini, di kala sunset ini, kamu ada untukku.
Kita menunggu hingga matahari tenggelam dan memperlihatkan eloknya. Namun kau seperti melihat gurat tanda tanyaku, mengapa mataharinya samar dan malu-malu? Kamu dengan angkuhmu, yang selalu aku sukai entah kenapa, menjelaskan padaku.
“Bintang, ini bulan Desember, mataharinya lagi ngga disini, mataharinya lagi rada serong kesana.”
Kamu melihatku sambil menunjuk-nunjuk matahari dan sesekali membenarkan kacamata.
“Emangnya gitu? Kata siapa? Ilmu sok tahu darimana itu?”
“Dikasih tahu ngga percaya. Ya maklum sih anak IPS, ngga tahu ya? Ck, low level.”
“Percaya sih yang anak IPA. Emangnya harusnya kalo pas posisinya disini itu kapan?”
“Harusnya bulan Februari. Itu posisi mataharinya bagus buat liat sunset.”
“Oooh gitu ya, hm yayaya.”
“Ciko, aku mau tanya sesuatu. Tapi aku takut kalo kamu ngga suka terus marah.”
“Tanya apaan emangnya?”
“Emm, sebenernya aku ngga mau tanya hal ini ke kamu. Tapi aku risih dengerin kata orang.”
“Oh iya aku tahu …”
Dan percakapan kita berlanjut hingga titik puncak. Aku menikmati semua kejujuranmu dan keterbukaanmu. Aku larut dalam melodi suaramu yang bercerita banyak tanpa aku harus berkata banyak pula. Aku luluh dalam pundakmu, dan aku masih mencium aroma yang khas dari tubuhmu, persis dengan apa yang aku suka. Aku merasa, jiwamu telah kembali merangkulku. Selamat datang kembali kamu, selamat menjadi Ciko yang aku kenal lagi. Banyak hal yang kita bicarakan termasuk sifatmu yang otoriter dan kebiasaan jelekmu yang suka mengerjakan sesuatu dengan setengah-setengah. Mengenai bagaimana kamu memiliki konsep namun tak benar-benar sukses mengaplikasikannya. Aku suka dengan keterbukaan ini, tapi ini adalah harimu belum hariku. Berharap nantinya aku akan memiliki kesempatan yang sama, untuk bercerita tentangku.
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Kau mengajakku pulang. Walau berat, tapi kita harus beranjak dari dudukan. Kita berjalan ke parkiran dan keluar dari area wisata Pantai Depok. Sebisa mungkin aku harus berani memelukmu, mana mungkin aku tega membiarkanmu kedinginan tanpa jaket dan dalam keadaan sedikit migraine? Saat kita mengobrol mengenai orang-orang yang pernah berjalan di hatimu, aku semakin ingin memeluk erat kamu. Tapi aku ingat, betapa bukan siapa-siapanya aku buatmu. Tapi, apa aku tega membiarkanmu kedinginan tanpa pelukan dari belakang? Sepertinya iya, aku tega. Hingga perjalanan yang jauh dan melelahkan itu berakhir di depan rumah, aku masih saja belum memelukmu. Pengecutkah atau benar keputusanku itu? Aku tak tahu, hingga kini masih saja ingin memelukmu tanpa alasan dan ini sungguh menyiksa, terkadang.
Aku masuk kamar, berbaring dan segera mengucapkan terimakasih untukmu lewat chat. Memberi pesan agar kau hati-hati di jalan. Hari itu, tak semena-mena kita kembali menemukan passion untuk bersama. Ada beberapa hal yang masih berbeda mengenaimu. Kamu bukanlah Ciko yang suka otoriter kepada Bintang seperti biasanya. Tapi aku, tak perduli. Aku tahu aku telah kau beri kepercayaan untuk menjagamu dan apa yang kamu katakan. Hari itu, aku tutup cerita kita dengan “Selamat Malam” dan “Sleep tight”.
Satu, dua, dan tiga hari kita masih dapat memperbaiki diri dan kembali menemukan passion untuk bersama lagi. Berjalan setelah itu, rasio up and down “hubungan” kita mulai tak tentu. Kadang aku dan kamu berada di titik puncak rindu bertemu, tiap ada kesempatan bagiku, selalu kuluangkan waktu untuk bersamamu. Berbagai cara kita sama-sama mencoba dan berusaha. Namun makin lama aku merasa berjalan sendirian untuk menuntun arah kita berdua. Aku merasa tak mampu dan kuat untuk berdiri, berjalan serta mengais-ais “kita” lagi.
Aku menyerah, aku mencoba ikhlas dengan melihat realita. Aku tak suka memaksa. Walau begitu aku tetaplah Bintang dan aku selalu bintang karena kamu yang mengatakannya. Mungkin aku redup, mungkin aku menjadi lebih buruk dan mungkin bintang ini nantinya akan mati termakan usia dan ganasnya persaingan di galaksi. Tapi kamu dan aku tahu, kita pernah memiliki satu bintang yang sama. Aku dan kamu memiliki banyak cerita bersama. Tak sedih dan menangis, karena kau tak suka aku menjadi demikian. Namun, tak munafik dan tak dapat kutampik, kalau setiap kenangan yang manis maupun pahit memiliki sisi sensitifnya tersendiri, spontan airmatamu akan membuktikan seberapa berartinya kisah itu dalam perjalanan pencarianmu.

Aku memang bukan yang paling terang
Aku mungkin bukan yang paling besar
Tapi pasti aku kamu adalah hubungan paling manis yg bukan dalam konteks “kita” , buatku