Senin, 13 Mei 2013

Peraduan Cinta Wanita dan Gadis

Dia terlihat seperti wanita yang lain. Sorot matanya tajam. Pipinya tirus menyatu dengan bentuk wajahnya yang bulat telur. Rambutnya yang pendek seleher ia kuncir kuda berantakan. Tak ada sedikit pun poni yang ia tinggalkan untuk menutupi dahinya. 

Dia duduk di teras luar sebuah cafe. Ia memilih meja kecil dengan tiga kursi yang menghadap jalan raya. Lilin yang bergelas, remang-remang memberi cahaya pada senyumannya yang hambar pada seorang gadis. Gadis itu membawakannya buku menu yang sebesar buku tulis biasa. Menawarkan menu spesial untuk makan malam pada hari itu. Si gadis mendengarkan dengan baik tiap kata yang wanita itu ucapkan. Ia tulis sedikit berantakan pada CO yang ia genggam di tangan kiri. Dengan senyum yang ramah ia mengambil kebali buku menu dan berterimakasih. Si gadis pergi, membiarkan si wanita kembali sendiri.

Syal yang melilit lembut pada leher wanita itu sepertinya tidak mampu menghalangi angin malam. Ia rapatkan kembali jaket jins hitam yang ia kenakan. Sebentar-sebentar, ia dekap kedua tangannya di depan dada. Ia tatap lurus ke depan.

Sebotol besar beer dingin menyambutnya, bersamaan dengan senyum ramah si gadis. Ia ucapkan terimakasih sembari menuangkan beer pada gelas kosong. Lalu si wanita kembali diam dan sang gadis hanya dapat berlalu pergi. 

Sang gadis menatap wanita itu dari kejauhan. Dibalik kaca yang membatasi ruang dalam dan teras, si gadis terus menatap setiap gerakan kecil yang wanita itu lakukan. Si gadis berharap dapat menemani sang wanita menenggak minuman beralkhohol tersebut. Menghangatkan tubuh dan melumerkan kekakuan yang tercipta diantara mereka. Tapi tidak, ia tidak bisa. Ia tidak bisa membantu sang wanita menciptakan dentingan gelas yang bertautan. Maka diamlah si gadis. Ia tatap meja kosong di utara, mengalihkan pandangan ke segala arah.

Mata sang gadis berhenti menerawang ke segala arah. Berhenti pada seorang wanita lain yang datang menghampiri wanita berjaket jins hitam. Mereka mengadu pipi dan memeluk satu sama lain. Ia raih ponsel yang ada di sakunya. Ia ketikkan sebuah pesan singkat lalu pergi meninggalkan semuanya. Benar-benar semua hal.

"Jelaslah sudah, aku tidaklah lagi ada disitu, disampingmu, dipikiranmu. Kupikir kau akan mengajakku bercengkrama, memintaku untuk membuat denting gelas walau bukan beer yang berada pada gelasku, namun hanya lemon tea dingin. Dia cantik, dan terlihat lebih mampu menjagamu. Selamat."





note: cerita ini terinspirasi oleh seorang wanita yang selalu datang dan duduk meramaikan sebuah cafe di Yogyakarta. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar