Senin, 30 Desember 2013

Ini Baru Satu, Sayang.

     Sayang, malam ini aku memikirkan kembali semua kebodohan yang telah aku lalui. Beberapa hal kecil yang aku lewati. Apakah kau tahu, sudah lama aku tak menatap langit malam sekosong ini. Karena bagiku, kau adalah hiasan indah dari yang terindah setiap malamku. Tak perlu aku memandang langit malam untuk membuktikannya, hadirmu menemaniku sudah cukup membuatku percaya. Di sampingmu aku tenang, di sampingmu aku merasa aman. Tak ada peluk senyaman pelukanmu. Tak ada bisik seindah bisikanmu. Aku mengagumi, menyukai, menyayangi dan mencintaimu.

     Disaat aku sedang melamun seperti ini, imajinasiku bak rumah sakit jiwa. Apalagi setelah aku menjadi penjelajah semesta yang berkarir secara solo. Bukan Sayang, aku tahu ini semua bukan salahmu. Aku tahu, aku yang pantas disalahkan. Salahku, tak bisa sabar oleh tingkahmu yang sedikit tak perduli padaku. Padahal kau amat perduli padaku, iyakan Sayang? Iya, kita berdua tahu... Aku seringkali menyalahkanmu atas banyak hal yang terjadi di hidup kita. Padahal, aku saja yang tak dapat bercermin. Iyakan Sayang?

    Sayang, aku ingin bertanya. Mengapa kini aku tak dapat bernyanyi seperti dulu? Belum habis kulantunkan nada indah lagu cinta, airmataku sudah siap mengucur di pelupuk mata. Jika aku tak sigap dan jika aku tak siap, airmata itu akan makin deras dan bebas menuruni serta menggerayangi pipiku. Aku muak.

     Aku muak, Sayang. Tiap mendengar lagu cinta, seakan hati rasanya ingin kurobek menjadi beberapa bagian. Lagu cinta mengingatkanku padamu dan aku benci itu. Aku muak bahkan ingin muntah lalu berteriak, mengapa lagu cinta yang begitu aku sukai menjadi musuh dalam selimut? Kata pamanku, keparat adalah kata yang cocok. Tapi mungkin, brengsek juga bisa jadi kata yang pas. Iya, aku membicarakan lagu cinta, Sayang.

     Sayang, ijinkan aku tidur dalam pelukmu malam ini. Biarkan kecupmu membasahi bibirku seperti dulu. Biarkan semua terjadi. Biarkan kita kembali. Walau hanya dalam mimpi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar