Minggu, 29 Desember 2013

Surat : Aku Harus Pulang Kemana?

Hai Cinta.



Surat ini kutulis saat aku sedang tertawa terbahak-bahak, sambil diiringi lagu manis yang pernah kau kirimkan padaku. Airmata mengalir deras namun aku tertawa. Aku terlalu lemah untuk tersadar dari pengaruh minuman keras ini. Tolong aku.

Tidak!

Kau tak boleh menolongku!!

Aku begitu dalam menyakitimu, aku tak boleh lagi-lagi menyakitimu. Aku sudah berjanji akan menjauhkan tiap jejak kakiku dari hidupmu. Membuang jiwaku yang hina dalam jurang penyesalan. Hahaha aku sedang tertawa, sayang...

Minuman keras ini menjijikkan, namun aku suka bagaimana ia dapat membuatku gila dan terhuyung-huyung mengenangmu. Lalu sekejap, bayangmu dapat hilang juga di waktu yang sama. Tidak, ini tidak menjijikkan sayang. Ini begitu nikmat, bercampur dengan peluh dan keluh.
Maukah kau bersulang bersamaku, cinta?

Amatir? Iya aku memang amatir memainkan sandiwara kebahagiaan ini!! Aku memang amatir!! Aku terlalu amatir untuk dapat menikmati segelas kecil minuman keras yang laki-laki bejat itu siapkan. Cinta, dia merayuku! Dia mengajakku berdansa di lantai yang penuh gemerlap lampu sesat. Dia mencoba membawaku pergi, cinta. Tapi tidak, katamu aku harus menjadi seseorang yang kuat. Maka aku bertahan disini, sendiri. Hingga petugas kebersihan menyadarkanku dan mengatakan aku harus pulang sekarang.

Baiklah, aku akan pulang, kataku. Tunggu, aku sudah kehilangan rumahku, cinta... Lantas, aku harus pulang kemana?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar