Selasa, 26 Maret 2013

Angin Rindu

     Wajahku basah oleh sinar mentari pagi ini. Dia dengan leluasa menyiramiku bagai air yang dirindukan oleh tanaman layu, iya aku. Tanaman itu pun tak kuasa menolaknya. Ia terlalu lemah untuk menyingkir dan menutup diri. Ia lemah karena terlalu lama merindu. Iya, aku lelah merindukanmu.

     Kemana sayup hadirmu yang merayu? Yang gemar melambai-lambai padaku. Menyibakkan semangatku untuk menyambutmu. Kemana sajakah kamu? Lelah aku menyanyikan lagu rindu. Lelah aku menangis tersedu. Lelah aku menari penuh tipu agar kau datang menyapaku.

     Sosokmu saja aku tak tahu, bagaimana mungkin aku mampu merindukan hadirmu? Konyol! Iya aku memang konyol.

     Sudahlah... lelah aku menggerakkan jemari dedaunan untuk melukis surat ini padamu. Kau juga tak akan tahu. Bacalah segera, sebelum angin menghapusnya. Jadilah peka segera, ada lukisan tanganku di tanah kering itu, menunggu untuk dibaca olehmu. Menunggu untuk kau sambut. Aku rindu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar