Selasa, 19 Maret 2013

Kritik Kritis Hujan



Bisakah kamu merasakan hal ini? Otakku mulai menari-nari. Memaksaku untuk segera beranjak dari titik nyamanku berada. Menuntunku untuk menuliskan aroma tanah yang terguyur air hujan. Membantuku untuk menggambarkan gelapnya langit dengan udara yang lembab. Merasakah kamu?
Dapatkah kamu mendengarnya? Rintik-rintik air hujan membentur atap rumah. Ramai berlomba menciptakan nada yang indah. Meninabobokan hati yang lelah. Dan dapatkah kamu mendengar suara burung yang bersahutan? Melantunkan lagu ketakutan karena angin tidak menunjukkan persahabatan. Melagukan nada-nada kegelisahan karena suara deras air hujan.
Hey, mungkinkah kamu melihat semua itu? Hebatnya Sang Kuasa menciptakan cuaca? Menakut-nakuti siapa saja yang masih tak percaya padaNya. Merobohkan dinding hati yang keras karena ia telah buta. Kamu melihatnya kan? Jangan jadi buta, kau tak ingin kan? Maka lihatlah!
Rasakanlah!
Angin bergerak diantara pori-pori pakaian yang kau kenakan. Air membasahi hati yang terlanjur kering karena dikhianati manusia. Rasakanlah!
Dengarkanlah!
Suara daun yang bergesekan satu sama lain. Ribut-ribut dan berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam menantang angin. Dengarkan atap rumahmu yang mulai genting. Memendam rasa was-was akan terbanting. Maka dengarkanlah!
Lihat! Lihatlah!
Tuhan memelukmu erat dengan kitab yang selalu kau sanding. Satu manusia menyerukan nama besar, ‘Allahu Akbar’ dan satu manusia lainnya menggumamkan nama anak Maria, Yesus Kristus. Tidakkah kau lihat? Tuhan menjagamu dari dan untuk perbedaan. Tidakkah kau lihat? Tuhan berkali-kali mengatakan kalian sama-sama anak manusia dan indah dalam hal berbeda cara memujaNya?
Dengan demikian, pekalah kalian! Tuhan sudah sering sekali memberi kesempatan. Menjaga perdamaian dan mengindahkan perbedaan. Bukankah cinta anak manusia juga suatu keindahan?


Seseorang, di suatu tempat saat hujan
J    
Ditulis tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar