Selasa, 11 Juni 2013

Kala Aku (waktu itu) Suka Barbie

Hai anak Tuhan yang tercipta dari tanah, begitu pula aku. Telah dihembuskan nyawa dari-Nya untukmu dan untukku agar dapat menikmati sejenak dunia, maka syukurilah. Telah mengalir darah segar penuh kehidupan dari-Nya untukmu dan untukku agar kau dan juga aku dapat merasakan sirkulasi semesta, maka berterimakasihlah.


Untuk tulisan seterusnya ke bawah, kalau ada kamu pasti ada aku, jadi jangan kira kamu sendirian. Aku ada di sampingmu, ikut menyimak apa yang kamu simak. Memperhatikan wajahmu sesekali yang terlihat serius. Menggeletakkan kepalaku ke meja yang berbantalkan tanganku sendiri. Berharap kau akan memperhatikanku, karna aku sedang mencuri perhatianmu. Mungkin kau akan bersikap manis lalu membelai lembut rambutku, karna kau lihat aku cemberut, padahal aku sedang pura-pura. Oh iya, aku sedang bersikap manja, aku harap kau juga mengerti. *ketcup*

❤❤

Mungkin pernah suatu ketika kau mengingat kembali apa yang kau lakukan di masa lalu, walaupun itu baru terjadi satu hari yang lalu, mari sebutlah masa lalu. Karena itu memang masa atau waktu yang sudah berlalu, maka dia disebut kemarin, bukan sekarang.

Di masa lalu, aku mempercayai diriku adalah gadis kecil yang sangat cinta pada semua hal yang berbau, berwarna, dan ber-yang -lainnya yang lucu, manis, merah muda dan pita. Aku membeli sebuah karakter boneka yang amat akrab dengan gadis kecil seumuranku (kala itu).  Aku rawat kulitnya, iya, sungguh, walaupun ia hanya boneka. Kira-kira satu bulan pertama aku merawat  kulitnya dengan cara membersihkan. Aku sikat kulitnya yang mulai berdaki karna sering aku mainkan. Setelah itu memolesnya dengan sentuhan lotion. Wah, cantik lagi, kataku (saat itu).

Bulan berikutnya, aku masih menghabiskan waktu dengan dia, bonekaku. Aku jarang memainkan dia dengan boneka yang lain, kurang aku ajari sosialisasi kala itu, kasihan ya. Tapi, dia punya aku, apalagi yang dia butuhkan.(?)

Bulan berikutnya lagi, ada suatu acara televisi yang membahas tentang kecantikan. Mereka menggunakan ramuan herbal untuk meluluri kulitnya. Aku mau juga! Aku ambil lulur mama yang notabennya berwarna kuning. Aku luluri tangan-kaki-perut bahkan wajah. Saat itu, si boneka ada di sampingku, hanya diam walau aku sibuk begitu. Akhirnya, setelah sedikit kering, aku bersihkan lulurku dan mulai meluluri yang lainnya. Iya, yang lainnya itu si boneka. Aku diamkan lulurnya membaluti kulit boneka hingga kering. Aku cuci bersih. Eh tidak, eh kenapa ini, eh kok gini, iiih kok gitu. Hih! Hasil lulurku terpampang nyata di kulitnya. Warna kuningnya tak mau hilang, sudah meresap sepertinya. Bonekaku yang aslinya berkulit wanita Eropa, berubah menjadi wanita Asia. Hebat? Iya kalau sekarang, dulu? Aku buang bonekanya, walau tak murah.


Sejujurnya, aku masih sangat ingin bercerita tentang boneka kesayanganku itu. Sayang, setelah aku buang, aku tak tahu apa yang harus aku ceritakan. Akibat lulur kuning tradisional ! Haaaa! Lupakan!

Dia menjadi kesayangan karna harganya tak murah (ini penting saat kamu mempunyai barang, ingat harganya, maka kau akan menghargainya) dan buatku, dia sempurna (waktu itu). Dia cantik, terlihat manis, terlihat tahu segalanya, terlihat memiliki segalanya (asal kita mampu membelinya), dan dia ter-setting sangat sangat sempurna. Dia diciptakan memang untuk kepuasan mata juga kepuasan batin yang mungkin tak bisa kita dapatkan di dunia nyata. Pacar yang sempurna, misalnya. Seperti yang kita tahu, nobody perfect. Just a doll have it, and its happen for-ever.


So, we are not a doll. Our live knows limit. We can’t live for-ever and ever. And just for you to know, cause we are never-ever-ever gonna back together (re:sing), eh not that one! I mean, we will never-ever-ever gonna be the perfect one. There’s will be a person beside us who make it perfect, like family or … yeah you know. So, have a good live! And be alive. Be thankful and love yourself-also another. *xoxo*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar