Kamis, 13 Juni 2013

Serpihan Kayu


Lalu, tumpukkan kayu itu retak
Serpihannya tercecer di sekitar tumpukan kayu yang lain
dan tentu saja tumpukan kayu itu sendiri
Bekas retakan itu akhirnya terisi debu
Makin hari, makin pekat
Makin hari, makin tebal
Sesekali, angin nakal membuat desah
Mengusir tipis debu yang tak terlalu lekat
Debu itu entah terbawa kemana
Mungkin, menuju dermaga nirwana

Serpihan kayu tajam
Memasang diri dengan sempurna 
Menunggu sesuatu atau bahkan seseorang
Dia sengaja membiarkan dirinya terinjak
Toh siapa yang menginjaknya juga akan tersakiti
Ada kepuasan hati tersendiri
Bagi si serpihan kayu tajam

Datangalah seseorang
Kakinya mungil dengan kuku berwarna merah
Menenteng kamera lalu mengalungkan di lehernya
Ia diam disana
Ia tengok ke kanan dan ke kiri
Serpihan mulai berkikik geli
Saat kaki mungil itu mendekat
Dekat
Dekat
Dekat
dan...
Semakin dekat
Hampir serpihan tajam tertawa lepas
Saat kaki mungil itu akan menapakkan kaki
Namun semua terhenti
Si gadis berjongkok
Memunguti serpihan yang tajam
Melongok keadaan sekitar
Ia kumpulkan serpihan-serpihan itu
Pada sebuah botol kaca yang bening,
serpihan merasa aman dan nyaman
Selesai, serpihan tersenyum haru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar