Senin, 17 Juni 2013

(Mungkin) Aku Membutuhkanmu

dan lagi-lagi cahaya lilin dalam secangkir kecil bening dari kaca berpendar-pendar. memancarkan cahaya sayup-sayup karena tertiup angin. terkadang lilin tersebut hampir padam karena terkena percikan air hujan ringan malam ini.

pukul enam lebih tiga puluh sembilan menit di sore hari. aku duduk sendiri pada meja panjang yang terbuat dari kayu jati. permukaannya amat licin karena dilapisi cat bening khusus kayu. dan mungkin karena pramusaji di cafe ini amat rajin, sehingga tak ada sedikit debu yang kurasakan menempel pada kulitku.

malam ini dingin, menusuk. air hujan tidak henti mengguyur kolam ikan yang berada di pintu masuk cafe. permukaannya jelas terlihat olehku dari meja ini jika ia bergoyang dan menghasilkan riak-riak yang melayangkan dedaunan kering diatasnya. seperti hatiku, daun itu terombang-ambing. ke kanan-ke kiri-mengikuti arah yang diinginkan oleh si air. aku acuhkan saja gambaran indah di depanku.

dua lampu taman yang berparalel menggodaku untuk menatapnya lama-lama. daun serta rumput kecil di samping kolam basah, merayu untuk di sentuh, menularkan kegembiraan. meja dan kursi kosong yang berada pada bagian bawah tangga kecil cafe masih saja kosong. siapa juga yang mau duduk di meja dan kursi basah tersebut. lampu sorot bercahaya emas di bawah pohon menegaskan usia pohon yang ia sorot. lubang dan keropos disana-sini seperti hiasan ukir yang manis.

aku masih bertahan, tidak menatap taman depan mataku, tidak. aku pejamkan mata, kusenderkan dagu pada tangan kananku yang berlilit gelang berwarna cokelat tua dan biru donker. music cafe menggendongku jauh, dalam bayangan tentangmu. semua angan tentang kita yang terhempas dengan sia-sia. sebuah pertemuan yang hancur tak berbekas. sebuah penantian bertahun-tahun yang membusuk. lenyap, hilang, iya.

warung sate dan bakmie jawa di depan cafe dari kejauhan sangat menggoda. warung tersebut memang tidak memiliki cerobong yang besar seperti di cafe ini untuk mengeluarkan asap masakan dari dapur. tapi, jelas. asap yang mencerminkan aroma dari warung kecil tersebut amat menggairahkan. sepertinya disana lebih hangat. daripada kemewahan yang aku rasakan sendiri disini. sepi, tanpa arti.

mungkin, aku hanya butuh kamu. lalu, semuanya sempurna, seperti seharusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar