Kamis, 04 April 2013

Dongeng di Jaman Modern (lagi)


Seperti putri kecil yang sedang berimajinasi tentang pangerannya, aku layangkan semua bayangan agar terbang dan membumbung tinggi ke atas. Polosnya aku imajinasikan pangeran itu, walau tak pernah kulihat dengan nyata. Aku bayangkan betapa sempurnanya dia untukku. Dengan mata indah berbicara pada mataku, merapalkan kata bahwa dia tulus menyayangiku. Dengan pipi yang sebegitu rupa sangat pas untuk kucium nantinya kalau bunda ratu dan ayah raja sudah memperbolehkan aku. Bibir yang entah seperti apa, yang akan memanggil namaku dengan mesranya-saat putri sudah boleh mengenal rasa cinta. Tangan yang pas menggenggam jemari rapuhku agar menjadi lebih kuat dan yakin melangkah menjadi putri dewasa yang bijaksana. Bahu yang tepat untuk kusenderi dengan berbagai macam beban dan kasih sayang kala raja dan ratu mengijinkan. 

Iya, sosok itu. Sosok yang entah seperti apa. Yang putri tahu jika dia untuknya, dialah yang paling sempurna. Saat Sang Maha mempertemukan dan membantu mereka merajut cinta. Iya, saat sang putri kecil sudah menjadi lebih dewasa. Iya, saat sang putri sudah mampu menyisir sendiri helai demi helai rambutnya. Saat sang putri sudah bisa mengatur barisan awan diangkasa agar menjadi lebih bersahaja. 

Aku, hanya seperti putri kecil itu, bukan berarti akulah putri kecil itu. Dan tentu saja kamu bukanlah pangeranku, kita tidak hidup di lingkungan keluarga istimewa kerajaan maupun keraton manapun. Tapi aku tahu, nantinya kita akan membangun sendiri keluarga istimewa dengan bangunan kerajaan yang sederhana. 

Iya, ini hanyalah masalah waktu. Ah, dongeng yang bernuansa istanasentris di siang hari. Lagi-lagi dongeng khayal di jaman modern ini. 

*tutup buku*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar