Kamis, 11 April 2013

Hanya Cerita Kecil, sungguh.

Pagi ini aku dibangunkan oleh suara ketukan pelan di pintu kamar. Oh sudah pukul enam lebih sepuluh menit pagi. Segera aku bekerja keras untuk membuka mata dan menyadarkan diri. Sembari menata bantal yang berserakan, aku coba ingat-ingat percakapan kita semalam. Hanya sekedar memeriksa ulang, apakah yang aku ucapkan semalam dengan atau tanpa sadar. Aku matikan laptop yang ternyata dari semalam masih menyala. Kasian sekali dia, tak istirahat seharian. Ditambah canduku yang tak bisa jauh darinya. Jariku selalu saja ingin mengetik tentang seseorang walau pagi buta sekalipun. 

Aku kesiangan dan ini hari terakhir aku mendapatkan tumpukan kertas soal bimbingan intensif dari sekolah. Dan menjadi awal rasa khawatir pada yang lain. Iya, ujian nasional. Ah, tidak kamu tidak ujian sekolah sama saja. Memenuhi otakku. 

Seperti biasa, aku pasang dua kabel di telinga. Melantunkan hanya dua lagu dari Tulus (re:nama orang). Akhir-akhir ini, dua lagunya yang berjudul Sewindu dan Teman Hidup gemar sekali membuat telingaku jatuh cinta. Semacam narkoba untuk telinga-hingga entah kapan. 

Sun bathing! Tumben sekali hari ini mentari berkilauan lebih cerah dari biasanya. Lebih jingga dari yang seharusnya. Aku sengaja menikmati cahayanya berlama-lama. Aku pelankan kecepatan motor yang aku setir. Sembari menatap mentari di timurku dan melantunkan lagu Sewindu. Untung saja hanya jalan kecil tanpa keraiman kota jalan yang aku lalui. Sehingga aku bebas merasa aman walau pikirannya melayang, berimajinasi. 

Jalan 'mandi matahari'ku hampir berakhir. Susah payah aku kembalikan lagi konsentrasi ke jalanan. Meliuk-liuk menghindari lubang-lubang yang bervariasi dalam dan lebarnya. Payah, aku terjebak satu lubang. Lumayan terasa menyakitkan dan berisik, apalagi dengan motor ini-yang shock breakernya tak bisa diandalkan. Maklum sajalah, motor tua. 

Kembali aku memacu kecepatan di jalan raya, di lingkar selatan kota Jogja. Selayaknya wanita yang lebih persis pria, aku fokuskan mata pada kaca. Aku lirik kanan, memastikan jalanan aman dan bebas kendaraan. Begitu seterusnya hingga aku sampai di tempar parkir sekolah. Kira-kira hari ini aku menghabiskan dua puluh menit di pagi hari untuk menyusuri jalanan dari rumah menuju sekolah. Lain kali harus lebih cepat, biar lebih terlihat pria, bisa jadi.

Aku matikan mesin motor dan pelan-pelan melepaskan pelindung kepala. Kenapa pelan-pelan? Ya karena hari ini aku sedang bertingkah layaknya wanita. Aku memakai bandana berwarna biru di kepala. Entah, sedang kerasukan ratu demit darimana. Aku tak mau menjadi berantakan, jadi aku harus perlahan melepasnya.

Kunci sudah terlepas dari tempatnya, aku lempar keatas dan aku tangkap lagi lalu aku masukkan di saku rok samping, seperti biasanya. Penutup hidung masih terpasang, begitu pula kabel handsfree. Sesampainya depan pintu kelas, aku lepas sepatu, seperti yang seharusnya. Kulangkah kakiku dan segera menuju tempat duduk favoritku, meja kesayanganku. Hari ini aku tidak terlalu banyak bicara, lebih mirip cuek pada segala hal. Aku lepas penutup hidung. Lalu kulepas handsfree yang memutar lagu Sewindu, hilanglah dunia kecilku.

Tanganku mencari-cari suatu benda bergerigi, berwarna biru dan panjang. Aku merasa sudah meletakkannya di dalam tas tadi, hanya sedikit kesulitan untuk menemukan. Akhirnya, sisir! 

Aku sudah bilang, aku seperti sedang dirasuki ratu demit. Aku menenteng sisir itu ke kaca yang ada di dalam kelas. Aku tata rambutku sebegitu rupa hingga menurutku sudah cukup rapi. Tak terlewatkan, bandana biru tentu saja aku benahi. 

Aku masih tak tahu apa yang ingin aku lakukan selagi menunggu bel berdentang. Berat hati akhirnya aku keluarkan map biru bertuliskan 'Matematika' di depannya. Kuputuskan untuk menyelesaikan soal-soal yang tak sempat aku jamah di hari sebelumnya.

Bel pun berbunyi nyaring, speaker kelas dengan volume keras menginstruksikan untuk menyiapkan diri. Iya, tiap pagi kami harus berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Dasar mental nasionalisme yang ala kadarnya, aku pun cuek, aku masih duduk sambil menatap soal terakhir. 

Sekolah dimulai, dan aku harus berhenti berdongeng. Untuk kali ini cukup sekian, see ya! soon.

###


Tidak ada komentar:

Posting Komentar