Jumat, 05 April 2013

Sementara, Ini Kado Istimewa.


Banyak hal yang bisa aku tulis tentangmu. Banyak, bahkan... menurutku terlalu banyak. Terlalu menjemukan bagi mereka-mereka yang tak mengerti tentang kamu, aku, maupun kita. Terlalu romantis untuk diungkap, bahkan lebih romantis daripada surat cintaku kepada seorang kekasih-yang mana belum pernah aku tulis. Terlalu penuh rahasia yang disimbolkan dari sebuah kata. Segala hal tentangmu, atau bahkan kita sepertinya memang terlalu, ya? Pasti kau akan bilang aku ini berlebihan? Sejak kapan aku perduli pendapatmu yang 'berlebihan' itu jua? Sejak kapan aku akan menggubris pendapatmu 'yang itu'? Kau tahu, aku akan tetap menulis ini dan membuat ini 'berlebih' dan 'lebih' lagi. Jadi untukmu, diam saja. Tak perlu banyak cakap. Siapkan snack merah rasa balado yang biasa kita cemil berdua. Dan jangan lupa air putih satu botol di sampingmu. Ditambah bantal kecil penyangga dadamu kala kau sedang tengkurap dan membaca ketikan ini di layar pc barumu. Selamat menggumamkan sumpah serapah, sahabatku!

***

Berawal dari Taman Kanak-Kanak bertitle "Taman Kanak-Kanak ABA Mubarok" yang berlokasi di Yogyakarta. Lebih tepatnya di samping Masjid Mubarok yang bersebrangan dengan SMP Bopkri 1 Yogyakarta. Tentu saja kau tak akan lupa tempat itu kan? Kuhajar saja kalau kau lupa! 

Di tempat ini, kita berkenalan. Pastinya kala itu kita masih sangat kanak-kanak. Jujur saja, aku tidak ingat bagaimana kita bercengkrama dulu, apalagi kamu, iya kan? Aku hanya ingat, kalau kita sering dan terlalu sering berdua. Bahkan, saat kita belum kenal terlalu akrab, kamu sudah mengajakku kerumahmu-yang tidak jauh dari TK itu. Betah! Iya, aku merasa sangat betah dengan rumahmu itu. Betah dengan isi rumahmu-yang penuh kaos dan cat sablon. Betah dengan ibumu yang begitu cantik dan masih sangat muda-hingga sekarang. Betah denganmu dan sifatmu yang...entahlah kala itu aku menilaimu apa. Aku merasa betah dengan menu makan siang sup-tempe-tahu-sambal-rempelo dan ati. Ah menu favorit keluargamu! Dan menjadi favoritku juga, karna terlalu sering menyantapnya bahkan hingga kini aku hampir-tapi masih lama-berusia 20 tahun. Sumpah! Tua banget sih gue.

Singkat cerita, aku hampir setiap hari me-mampirkan diri kerumahmu. Tidak banyak yang kita lakukan. Dan bahkan seingatku tidak ada permainan yang kita lakukan saat bersama. Hanya menonton televisi, membicarakan seorang-atau lebih pria, makan dan tidur. Sampai sekarang! Monoton banget lho ngomong-ngomong, tapi aku suka! ♥ (hatinya besar)

***
Kita bertambah umur, tapi entahlah bertambah kepintaran atau tidak. Yang jelas kita berhasil lulus dari surga sementara, TK. Kita masuk ke neraka tahap 1 tanpa kita sadari, Sekolah Dasar. Iya, entah kesialan atau entah namanya jodoh, kita masih satu SD. SD Lempuyangan II Yogyakarta, menjadi teman 6 tahun yang begitu bergejolak buatku. Dan di dalamnya, terdapat kamu-yang masih belum aku sadari bahwa kamu adalah calon sahabatku-kala itu. 

Kelas 1, menjadi sentakan awal malaikat galak, Bu Sri. Masih ingat? Beliau mempunyai tubuh yang berukuran yaa lumayan besar. Kau ingat tidak? Dulu aku ditegur beliau dan penyebab utamanya adalah kamu? Pasti tidak! *sumpah serapah*. Aku terlalu cerewet kala itu-sampai sekarang juga iya. Aku berniat jujur, aku mengadu dan mungkin aku terlalu sering mengadu. Akhirnya beliau jenuh dengan suara cemprengku yang merengek tiap waktu dan menyentak, "Ba-bu-ba-bu wae! Yosi anteng!". Kepada Bu Sri, saya masih ingat sampai sekarang bukan berarti dendam, berkesan. Terimakasih kelas satu yang baik! 

Kelas 2 lalu kelas 3. Ah! Dikelas 3 ini aku mulai menyadari potensi merengekku lebih dari hebat. Bu Sumarah alias Bu Sum menyanyikan kita sebuah lagu, kira-kira seperti ini...

"Wiwit aku iseh bayi, wong tuwo sing ngopeni
 Nganti tumeko saiki, tetep iseh gemati
 Mangkat sekolah disangoni
 Sandhang pangan wes mesti

 Mulo aku wajib bekti
 Mbangun turut ngajeni"

NB: mungkin kamu lupa nadanya, bisa denger deh nanti aku kasih voicenote. Oh iya, aku mau jujur. Aku sedikit lupa lirik lagu jawa itu, akhirnya aku harus googling. Alhamdulilah ada, Indonesia ngga buruk-buruk amatlah.

Tepat setelah Bu Sum selesai menyanyikan lagu jawa itu, kamu langsung menangis dan mendekati Bu Sum di mejanya. Beliau memelukmu dan memintamu agar tidak menangis karena itu sudah jam pulang sekolah. Beliau takut kalau nanti harus mendapat serangan bertubi-tubi dari orang tua siswa dengan pertanyaan yang sama, "kenapa anak saya 'nangis?". Tapi gagal! Aku justru membantumu untuk menambah Bu Sum kebingungan. Aku menangis, terisak dan tersedu-sedu, berlebihan? Diam saja! Disusul dengan teman-teman yang lain, tapi kalau yang putra tentu saja gengsi walau akhirnya ada yang ketahuan juga sedang menangis, si Feri. 

Asal kamu tahu, aku membawa airmataku sampai tempat kerja mamaku dengan berjalan kaki. Sepanjang jalan aku hanya diam meresapi lagu. Sampai di kantor mamaku bukannya tenang, justru meledak hebat (lagi) tangisku. Karena teman mamaku yang bertanya kenapa aku menangis. Aku ceritakan dari awal, dan ditengah-tengah aku mulai sesenggukkan. Teman mamaku malah memangkuku dan memelukku agar tidak menangis. Gila! Hal itu justru membuatku makin hebat menangis. Cengeng, iya itu aku. Kamu juga cengeng, hanya tak pernah mengaku dan suka mengangkat gengsimu. Oh dam* you, my bestfriend. 

Kelas 4, konyol. Aku suka dengan salah satu teman kita yang tidak naik kelas, tapi beda kelas. Iya, Yudi. Bahkan sempat 'sok pacaran'. Semoga hanya aku dan kamu yang tahu aib ini. Amin.

Kelas 5 dan kelas 6. Terlalu banyak hal spesial yang terjadi di tingkat ini. Seperti, kita mendiamkan salah seorang teman kita hingga dia mogok sekolah dan ayahnya datang ke kelas kita untuk menuntut penjelasan. Lalu, ada Aldi-Si Penancap pulpen di ruas jarimu. Lucunya, lucunya nih ya. Awas aja ngga lucu! Hm yang nangis itu bukan kamu, malah dia, boleh dijelaskan kenapa begitu? Oh iya, coba diliat, masih ada ngga lukanya? Itu loh di antara jempol dan jari telunjukmu. Aku tidak mau kalah! Aku juga mau bikin kontroversi dengan bertengkar. Ingat saat Feri mengamuk karena ulahku? Sungguh kala itu aku berada di situasi galau. Antara senang karna dia dimarahi dan takut dengan amukannya. Dia mengamuk seperti bayi singa yang kehilangan botol susunya. Dia dorong meja dan kursi kesana-kemari. Akhirnya aku dan dia dibawa oleh guru bahasa inggris ke ruang kepala sekolah. Aku nakal, kamu juga!

Kelas 6 kenapa aku bilang neraka tahap 1, ya karena itu. Kita mengembangkan sifat-sifat jahil dan keras kepala disana. Dan kita bumbungkan dengan bangga nilai Ujian Nasional yang pas-pasan. Kala itu nilaiku 21,27 dan setahu aku, kamu ada di bawahku. Benarkan? Ah aku kangen momen itu, menyampaikan pidato kelulusan di depan teman dan orang tua kita semua. Aku dipilih juga karena menjadi juara 1 di sekolah. 21,27! Membanggakan yang memalukan, ya? Berdoa saja tak ada orang lain yang tahu. Amiiiin!
Kita lulus, berniat mencari bahagia dan neraka tahap 2.

***

SMP Negeri 15 Yogyakarta menjadi atmosfer 3 tahun yang kulewati tanpa kamu di samping kursiku. Tapi kita masih sering komunikasi bahkan masih sering aku menghabiskan makanan di rumahmu. Pernah juga aku menjemputmu di SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta, di sekolahmu. Intinya, 3 tahun di SMP ini aku sedikit merasa kehilangan kamu. Kamu menjadi lebih sibuk dengan temanmu, tapi tidak denganku. Tapi aku tahu kamu tidak akan mau mengakuinya, jadi yaa sudahlah! cemil lagi saja keripik itu. 

***

Masa SMA kalau kata orang masa paling indah. Entahlah... yang jelas dimasa-masa ini kita menjadi sering tersaikit dan menyakiti. Bukan aku menyakiti kamu atau sebaliknya. Tapi ini tentang 'pria'. Iya, aku lembek soal ini. Paling benci kalau kau sudah mengomel tindakanku salah kalau terus mengalah. Iya, aku sebenernya juga tahu ngga baik terlalu sering mengalah, tapi itulah hal yang menjadikanmu lebih mengenal karakterku. Kamu hapal apa yang akan aku lakukan jika menghadapi situasi tertentu, begitu juga aku ke kamu. 

Belum, kita belum keluar dari neraka tahap 3 ini. Akan, iya sebentar lagi kita akan selesai berjuang untuk keluar dari neraka ini dan pindah ke neraka selanjutnya. Miris, sadis, apapun itu. Berdoa dan berusaha saja, kita akan dipelihara semangatnya oleh Tuhan dan diberkati dalam segala hal. Amin. 

***

Akhirnya selesai juga aku bercerita. Tidak semua hal bisa aku tulis, banyak, banyak sekali hal yang aku lewati. Intinya, kita selama berbelas-belas tahun belakangan ini tidak serta merta indah, banyak hal terutama dari SD yang aku dendamkan ke kamu. Tapi melebur juga seiring waktu. Tapi jengkel juga kalau ingat lagi. Mungkin sama saja denganmu, mengaku saja! 

Sudah habis camilannya? Dadanya sudah panas? Mandi sana, biar nanti kalau skype-an sama calon mantan udah cantik. Selamat berjengkel ria!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar