Sabtu, 06 April 2013

Gadis Dongeng

Dongeng pukul lima lebih tiga puluh menit sore merangkul sebuah pertemuan. Langit di luar sana sudah gelap sejak pukul dua lebih karena hujan tiba-tiba saja sudah datang duduk di ruang tamu saat aku membuka mata. Pantas saja kulitku terasa dingin dan basah, ternyata atmosfernya yang menyenggolku. Guling yang sedari siang tadi aku peluk terasa dingin dan menyenangkan. Kasur yang hangat karena tertindih berat tubuhku menenggelamkan aku dan menggodaku agar tak beranjak. Lagu yang sedari tadi menemaniku menambah sayup sebuah pertemuan. Entah apa pengaruhnya.

Seorang gadis beranjak dari bantalnya. Mengangkat kepalanya agar tegak duduk diatas kasur. Dia senderkan punggungnya perlahan di tumpukan bantal yang ia susun tinggi dan pas. Ia memulai lagi khayalan tingkat tingginya. Ia merindukan lelaki itu.

Selalu, malam yang mempertemukan mereka, dalam maya tapi bukan suatu hal yang fana. Dan selalu menunggu pukul delapan sore untuk memulai percakapan adalah hal yang berat. Sebentar lagi, iya sebentar lagi aku yakin kau hadir.

Seorang gadis penantang jarak menggantung harapan sebuah pertemuan pada Sang Maha, ia berdoa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar